PENGUMUMAN PENTING

VISI: Pada tahun 2025 akan menjadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam menghasilkan sarjana yang profesional, menguasai IPTEKS, dan bermanfaat bagi masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai iman dan takwa

Monday, 30 May 2016

LITERASI KUNCI KESUKSESAN DALAM SEGALA BIDANG


Oleh: Rabiyatul Adawiyah, M. Pd.
Sumber Foto: Pelatihan KTI
Pertanyaan pertama yang muncul di benak kita, apakah Literasi? Literasi merupakan istilah untuk membaca-menulis.  Saat ini yang terjadi pada masyarakat kita khususnya masyarakat kampus, minat membaca dan menulis masih tergolong rendah bahkan mulai terkikis. Realitas yang terjadi, ketika mahasiswa diberikan tugas perkuliahan masih copy paste padahal hakikatnya ketika kita banyak membaca tentu akan keluar ide-ide untuk menulis. Budaya literasi yang tertanam dalam diri mahasiswa mempengaruhi tingkat keberhasilan baik secara akademik maupun nonakademik atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Farr (1984) menyebut bahwa “Reading is the heart of education”. Bagi masyarakat muslim, pentingnya literasi ditekankan dalam wahyu pertama Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yakni perintah membaca (IQRA’) yang dilanjutkan dengan ‘mendidik melalui literasi’ (‘ALLAMA BIL QALAM) sedangkan dalam kaitannya dengan menulis, Hernowo (2005) dalam bukunya “Mengikat Makna” menyebut bahwa menulis dapat membuat pikiran kita lebih tertata tentang topik yang kita tulis, membuat kita bisa merumuskan keadaan diri, mengikat dan mengonstruksi gagasan, mengefektifkan atau membuat kita memiliki sugesti (keyakinan/ pengaruh) positif, membuat kita semakin pandai memahami sesuatu (menajamkan pemahaman), meningkatkan daya ingat, membuat kita lebih mengenali diri kita sendiri, mengalirkan diri, membuang kotoran diri, merekam momen mengesankan yang kita alami, meninggalkan jejak pikiran yang sangat jelas, memfasihkan komunikasi, memperbanyak kosa-kata, membantu bekerjanya imajinasi, dan menyebarkan pengetahuan.
UNESCO (1996) mencanangkan empat prinsip belajar abad 21, yakni:
(1)  Learning to think (belajar berpikir)
(2)  Learning to do (belajar berbuat)
(3)  Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
(4)  Learning to live together (belajar hidup bersama)
Keempat pilar prinsip pembelajaran ini sepenuhnya didasarkan pada kemampuan literasi (Literary skills).
   Ada beberapa faktor yang mempengaruhi: (a) kurangnya perpustakaan, baik di lembaga maupun perpustakaan pribadi/keluarga. Perpustakaan merupakan gudangnya ilmu pengetahuan dalam rangka membuka tabir informasi tentang dunia. Keberadaan perpustakaan yang memadai adalah salah satu ciri kota-kota modern di negara maju. (b) kurangnya jumlah pengunjung pada perpustakaan (c) masyarakat kita lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV.
Terjadi fenomena “Rabun Membaca – Pincang Menulis”. Penelitian Taufiq Ismail pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang budaya baca di kalangan pelajar, rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia 0 buku.
Hasil studi Vincent Greannary yang dikutip World Bank dalam sebuah laporan pendidikan“Education in Indonesia: From Crisis to Recovery” pada tahun 1998 mengungkapkan kemampuan membaca siswa kelas VI SD di Indonesia mendapatkan poin 51,7. Jauh di bawah Hongkong (75,5), Singapura (74,0), Thailand (65,1), dan Filipina (52,6). Hasil ini menunjukkan bahwa membaca secara faktual belum terintegrasi dengan kurikulum.
Produktifitas masyarakat Indonesia dalam bidang penulisan terbilang sangat rendah. Jumlah buku yang diterbitkan tidak sampai 18 ribu judul per tahun. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Jepang yang mencapain 40 ribu judul per tahun, India 60 ribu judul per tahun, dan China 140 ribu judul per tahun (Kompas, 25/6/2012).
Dari bidang penerbitan tulisan ilmiah, produktifitas negara kita juga masih rendah. Berdasarkan data Scimagojr, Journal, and Country Rank 2011, Indonesia berada di ranking 65 dengan jumlah 12.871 publikasi. Posisi Indonesia di bawah Kenya dengan 12.884 publikasi. Negara Paman Sam ada di peringkat pertama, dengan 5.285.514 publikasi. Indonesia masih kalah dengan Singapura yang ada di posisi 32 dengan 108.522 publikasi (okezone.com, 21/2/2012). Jika dilihat dengan perspektif rasio publikasi penelitian dengan jumlah penduduk, persentasenya menjadi jauh lebih kecil lagi.
Adapun penyebabnya: Kunjungan mahasiswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini dikarenakan jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan membaca sebagai basis proses pendidikan. Rendahnya jumlah koleksi tidak diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala. Peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan. Sebagian petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan (pendidikan atau pelatihan kepustakaan). Lembaga tidak mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan perpustakaan. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan.
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis.
Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang diperlukan serta cenderung disepelekan.
Anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengembangkan tradisi literasi.
Rendahnya literacy awareness bangsa Indonesia sekarang ini akan semakin melemahkan daya saing bangsa dalam persaingan global yang semakin kompetitif.
“70 persen Anak Indonesia akan Sulit Hidup di Abad 21,” demikian kata Prof Iwan Pranoto dari ITB. Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di bawah rata-rata negara peserta PIRLS 2006 secara keseluruhan yaitu 500, 510, dan 493. Indonesia berada di urutan ke-lima dari bawah, sedikit lebih tinggi dari Qatar (356), Quwait (333), Maroko (326), dan Afrika Utara (304).
Sumber Daya Manusia Indonesia kurang kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ini adalah akibat turunan dari rendahnya kemampuan baca-tulis.
Membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya.
Menciptakan perubahan budaya (cultural change) memerlukan proses yang panjang, sekitar 1-2 generasi, bergantung pada political will pemerintah dan kesadaran masyarakat, dengan rentang waktu 1 generasi sekitar 15-25 tahun.

Solusinya ketika kita melihat persoalan bangsa yang sedemikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata yang bukan sekedar wacana semata.
Dibutuhkan intervensi secara sistemik, masif, dan berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya literasi masyarakat. Pendekatan yang dianggap paling efektif adalah penyadaran literasi sejak dini, sebuah program yang sistematik bisa masuk dengan efektif.
Semoga dengan membaca ini, kita mempunyai kesadaran untuk terus berkarya karena jayanya suatu negara tergantung dari pemudanya, jika pemuda sekarang mempunyai budaya membaca dan menulis yang secara sistemik maka dapat dipastikan negara Indonesia menjadi negara yang punya taring terhadap negara lainnya. Insya Allah, amin.


Thursday, 19 May 2016

Pengumuman terbaru seputar agenda Progdi

1) Semua mahasiswa HMPS diwajibkan untuk hadir pd acara pengajian rutin yang diadakan UNW Mataram bertempat di aula UNW tanggal 21 Mei 2016 pukul 08.00 wita.
2) Progdi Pendd. Ekonomi menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris khusus untuk mahasiswa2 FKIP UNW (difokuskan yang semester 6 karena tahun depan akan skripsi) dalam rangka mempersiapkan mahasiswa2 yang mampu bersaing di era globalisasi sebab sebagai syarat utama juga untuk mengajukan beasiswa S2 LPDP Afirmasi (bagi yang berminat) dalam negeri dan luar negeri. Biaya kursus Rp. 50.000 per bulan. Bagi yang berminat (terbuka untuk semua angkatan) silakan datang pada hari Sabtu pukul 16.00 wita untuk mengikuti pre tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar.
3) SEMUA MAHASISWA SEMESTER 8 ATAU YANG AKAN MENGAJUKAN JUDUL SKRIPSI DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MENGHADAP KAPRODI DAN UNTUK YANG SUDAH MELAKUKAN PENGAJUAN JUDUL, DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MENGHADAP DENGAN MEMBAWA FORM PENETAPAN JUDUL KARENA BUKU PEDOMAN SKRIPSI SUDAH JADI DICETAK. HARGA BUKU TERSEBUT ADALAH 100.000. TERIMA KASIH
Pengumuan:
1) Semua mahasiswa HMPS diwajibkan untuk hadir pd acara pengajian rutin yang diadakan UNW Mataram bertempat di aula UNW tanggal 21 Mei 2016 pukul 08.00 wita.
2) Progdi Pendd. Ekonomi menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris khusus untuk mahasiswa2 FKIP UNW (difokuskan yang semester 6 karena tahun depan akan skripsi) dalam rangka mempersiapkan mahasiswa2 yang mampu bersaing di era globalisasi sebab sebagai syarat utama juga untuk mengajukan beasiswa S2 LPDP Afirmasi (bagi yang berminat) dalam negeri dan luar negeri. Biaya kursus Rp. 50.000 per bulan. Bagi yang berminat (terbuka untuk semua angkatan) silakan datang pada hari Sabtu pukul 16.00 wita untuk mengikuti pre tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar.
3) SEMUA MAHASISWA SEMESTER 8 ATAU YANG AKAN MENGAJUKAN JUDUL SKRIPSI DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MENGHADAP KAPRODI DAN UNTUK YANG SUDAH MELAKUKAN PENGAJUAN JUDUL, DIHARAPKAN UNTUK SEGERA MENGHADAP DENGAN MEMBAWA FORM PENETAPAN JUDUL KARENA BUKU PEDOMAN SKRIPSI SUDAH JADI DICETAK. HARGA BUKU TERSEBUT ADALAH 100.000. TERIMA KASIH. TTD KAPRODI