Lalu Wira
Jayadi, S. Pd., M.Pd.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penerapan model pembelajaran berbasis penemuan pada teks cerpen di lingkup SMP
IT Putra Abu Hurairah Mataram pada kelas VII. Melalui penggunaan model
pembelajaran berbasis penemuan (Discovery
Learning) dalam mengapresiasi karya sastra (teks cerpen) sebagai materi
pembelajaran, diharapkan menunjang keberhasilan belajar siswa yaitu mulai dari
persiapan, pelaksanaan, dan sampai pada penilaian. kesulitan siswa dalam apresiasi
sastra yaitu terhadap sebuah karya sastra (teks cerpen), dan guru mencari
sumber permasalahan yang menjadi hambatan siswa dalam hal tersebut dengan
melakukan observasi di dalam kelas sebagai cara untuk menemukan dan memecahan
masalah yang terjadi. Sehingga siswa dapat memahami, menafsirkan, menghayati,
dan menikmati, bahkan mampu meningkatan wawasan, halus budi pekertinya, dan
meningkatkan pengetahuan berbahasanya sebagai upaya memaksimalkan peran karya
sastra.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Penemuan (Discovery
Learning), Cerpen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya
sastra merupakan ekspresi imajinasi penciptanya. Walaupun imajiner, namun dapat
memberikan model dalam menuntun cara berprilaku karena adanya nilai serta
etika. Tuntunan tersebut merupakan pedoman agar mengilhami munculnya insan yang
berbudi luhur. Hal itulah yang ingin digapai melalui keterlibatan karya sastra
dalam pembelajaran di sekolah.
Kehadiran
Kurikulum 2013 yang digadang-gadang sebagai penyempurnaan dalam rangka
mengantisipasi berbagai perubahan dan tuntutan globalisasi masih belum
memberikan ekspetasi yang memuaskan. Hal itu dapat dicermati dengan tidak
diberikan ruang pembelajaran sastra secara luas atau menjadi mata pelajaran
tersendiri. Sehingga yang terjadi, muatan materi pembelajaran sastra tetap
terangkum dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena demikian, keluhan
dan kritikan tentang kurang dieksplorasinya karya sastra sering diperbincangkan
oleh berbagai pihak. Padahal kepatutan materi sastra dalam pembelajaran
memiliki kaitan erat dengan aspek karakter humanistis. Namun yang terjadi pada
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembentukan sikap ilmiah.
Harapan
tinggallah harapan, kenyataan menunjukkan bahwa selama ini peran karya sastra
dalam pembelajaran di sekolah tidak pernah dimaksimalkan. Terkait dari segi
kebijakan pemerintah, kompetensi guru, minat siswa, maupun model pembelajaran
yang digunakan. Sehingga pembelajaran apresiasi karya sastra begitu monoton dan
akhirnya membosankan. Hal tersebut bertolak belakang dengan defenisi apresiasi
sastra, seperti yang dikemukakan oleh para pakar: 1) apresiasi sastra adalah
kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga timbul
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Main Supanti, 2012: 22), 2) apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta
pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang
sadar dan kritis (Tarigan dalam Main Supanti, 2012: 22), 3) apresiasi ialah
proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya
sastra secara individual dan momentan, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan
budiah, khusuk dan kafah, intensif dan total supaya memperoleh sesuatu
daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpelihara kepedulian, kepekaan,
ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (Saryono dalam
Main Supanti, 2012: 22). Berbagai defenisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan
apresiasi karya sastra merupakan kegiatan membaca serta meresepsi karya sastra.
Dengan demikian, semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan harus mawas
diri. Salah cara yakni mengubah model pembelajaran agar mewujudkan kegiatan
apresiasi sastra sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Perihal yang dapat
dilakukan dengan merancang model pembelajaran apresiasi sastra yang lebih
menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong keaktifan, meningkatkan
kreativitas, dan lain-lain.
Mencermati
situasi yang terjadi, maka harus ada upaya dilakukan agar kehadiran karya
sastra dapat memberikan pencerahan kemanusiaan. Berawal dari kegiatan apresiasi
sastra melalui membaca, maka siswa diharapkan dapat memahami, menafsirkan,
menghayati, dan menikmati sehingga mampu memberikan manfaat. Beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari proses membaca sastra berupa peningkatan wawasan, halus
budi pekertinya, meningkatkan pengetahuan berbahasanya, dan sebagainya. Oleh
karena itu, betapa perlunya memaksimalkan peran karya sastra dalam
pembelajaran. Adapun langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut melalui
penggunaan model pembelajaran yang tepat menyenangkan bagi peserta didik. Sehingga,
dalam rangka mengoptimalkan apresiasi karya sastra khususnya teks cerpen, maka
menarik untuk dirancang percobaan penerapan apresiasi teks cerpen di SMP IT
Putra Abu Hurairah kelas VII melalui model pembelajaran berbasis penemuan.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan
paparan di atas, maka beberapa batasan masalah yang dijadikan pembahasan dalam
tulisan ini adalah:
1.
Bagaimanakah
prosedur penerapan teks cerpen dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis penemuan?
2.
Bagaimanakah
penerapan teks cerpen dalam model pembelajaran berbasis penemuan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
yang akan dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menegetahui
prosedur penerapan teks cerpen dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis
penemuan di lingkup SMP IT Putra Abu Hurairah Mataram pada kelas VII
2.
Tulisan
ini untuk mendapatkan pemahaman tentang model pembelajaran berbasis penemuan
yang diterapkan pada siswa kelas VII SMP IT Putra Abu Hurairah Mataram.
1.4 Manfaat
Terkait
dengan tujuan penelitian, maka diharapkan memberikan sejumlah manfaat seperti
berikut:
1.
Tulisan
ini diharapkan dapat memberikan khazanah ilmiah dan sumbang saran dalam ilmu
pengetahuan terkait apresiasi teks cerpen melalui model pembelajaran berbasis
penemuan
2.
Tulisan
ini diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan pemahaman konsep model
pembelajaran di SMP IT Putra Abu Hurairah Mataram.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Model Pembelajaran Berbasis Penemuan
Menyesuaikan dengan kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan saintifik. Maka apresiasi teks cerpen di SMP IT
Putra kelas VII dianggap tepat menggunakan model pembelajaran berbasis
penemuan. Discovery learning berusaha
mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi guru ke
situasi yang melibatkan siswa, salah satu caranya melalui bentuk diskusi.
Berarti, belajar penemuan menuntut peserta didik harus aktif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Sehingga menuntut proses mental bagi siswa untuk
mengasimilasikan suatu konsep serta prinsip. Sedangkan Bruner (dalam
Dahar, 2005:43) memandang
bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan
memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi:
1) nama, 2) contoh-contoh baik
yang positif maupun yang negatif; 3) karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) rentangan karakteristik; 5) kaidah.
Hal tersebut dapat dicapai melalui proses mengamati, menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya terhadap proses rancangan
yang dilakukan.
Selain itu, menemukan merupakan
kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan
bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil temuan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan,
telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (Rusman, 2012: 194).
Dengan demikian, belajar
penemuan menempatkan guru sebagai
fasilitator-membimbing siswa ketika
diperlukan. Upaya yang dilakukan untuk mendorong siswa untuk berfikir tentang
bahan materi yang telah disediakan dalam bentuk setengah jadi. Karena siswa dihadapkan
pada situasi secara bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, hendaknya
dianjurkan pula menerka, intuisi, maupun mencoba-coba (trial and error).
Seberapa jauh siswa perlu diberikan
bimbingan akan bergantung pada kemampuan memahami materi yang sedang
dipelajari. Sehingga peran guru hanya bertindak sebagai penunjuk jalan untuk
membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang telah
dipelajari sebelumnya terhadap pemerolehan pengetahuan yang baru. Namun yang
perlu diingat oleh guru bahwa pengajuan pertanyaan yang tepat akan merangsang
kreativitas siswa untuk membantu siswa dalam “menemukan” pengetahuan baru
tersebut.
2.2 Cerita Pendek (cerpen)
Menurut KBBI, cerpen adalah karangan
pendek yang berbentuk prosa. Sedangkan menurut J.S. Badudu (dalam, Yobee: 2007)
cerpen adalah cerita yang menjurus dan berpusat pada suatu peristiwa yang menumbuhkan
peristiwa itu sendiri. Selanjutnya, Surana (dalam, Fananie: 2002) menjelaskan
cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan roman tentang
kehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian yang panjang lebar,
yang diceritakan pada bagian dari kehidupan yang menimbulkan pertikaian sehingga
perlu penyelesaian. Kemudian di sisi lain, Suroto menyatakan bahwa cerpen ialah
suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manunsia tentang
pelaku tertentu. Dalam cerpen terdapat pula peristiwa lain, tetapi peristiwa
tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekadar sebagai
pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Dengan demikian, alur cerita
hanya dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokoknya.
Sebuah
teks dapat dinyatakan sebagai cerpen jika memenuhi aturan sebagai berikut: 1) teks
cukup pendek sehingga dapat dibaca habis dalam sekali duduk, 2) membuat efek
yang tunggal dan unik, 3) alurnya harus ketat dan padat, 4) harus tampak
sungguhan, dan 5) harus memberi kesan yang tuntas (Diponegoro dalam Materi Penguatan Model Pembelajaran Bahasa
dan Sastra 2014:14).
Berdasarkan
pendapat beberapa ahli, cerpen sebagai karya sastra menggambarkan suatu
peristiwa yang mengandung pesan dan dihubungkan dengan realita dalam bungkusan
imajinasi, serta dapat dipahami oleh pembaca. Sehingga pembacapun memperoleh
pengalaman batin dalam menikmati nilai dan etika yang terdapat di dalamnya.
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Prosedur Penerapan Teks Cerpen dalam Pelaksanaan
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang pelaksanaan model
pembelajaran berbasis penemuan dengan teks cerpen sebagai materi pembelajaran.
Secara umum mengacu pada pandangan Syah (1996) dalam bukunya Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bentuk
adaptasi yang dilakukan, sebagai berikut:
1.
Persiapan
a.
Menentukan
tujuan pembelajaran yang mengacu pada teks cerpen
b.
Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
c.
Memilih
materi serta topik yang harus dipelajari dengan mempertimbangkan teks cerpen
yang sesuai dengan tingkat kognisi peserta didik.
d.
Mengembangkan
bahan belajar yang memiliki ilustrasi yang sama dengan teks cerpen yang
dipelajari sehingga akan menghasilkan pola induktif
e.
Mengatur
topik pembahasan teks cerpen yang dipelaji dari yang sederhana ke kompleks,
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
f.
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan teks
cerpen yang dipelajari.
2.
Pelaksanaan
a.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Sebagai tahapan
awal dalam membantu peserta didik agar tertarik
untuk mengadakan penyelidikan terhadap teks cerpen yang materi pembelajaran.
Oleh karena itu, perlunya seorang guru mengajukan pertanyaan yang menstimulus
tentang cerpen-cerpen yang pernah dibaca. Dengan demikian, tahap stimulasi tersebut
dapat berfungsi menyediakan kondisi interaksi belajar yang mampu membantu serta
mengembangkan pemahaman siswa dalam mengeksplorasi teks cerpen (bahan
pembelajaran) yang disediakan oleh guru.
b.
Problem Statement (pernyataan/identifikasi
masalah)
Pada tahap ini,
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai masalah dalam
teks cerpen sebagai materi pelajaran. Sehingga beberapa temuan dalam teks
cerpen akan dipilih serta dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c.
Data Collection (pengumpulan data)
Saat proses
eksplorasi berlangsung, maka guru mengajak siswa untuk menguji kebenaran
hipotesis. Agar mendapatkan jawaban terhadap hipotesis, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang terkait
masalah yang menjadi hipotesis. Sehingga perlu membaca kembali secara intensif
teks cerpen yang disajikan oleh guru.
d.
Data Processing (Pengolahan Data)
Kegiatan pengolahan
data merupakan proses lanjutan setelah informasi yang diperoleh para peserta
didik melalui membaca secara intensif teks cerpen. Selanjutnya informasi diolah,
diacak, diklasifikasikan, serta ditabulasi agar mudah dipahami sesuai informasi
yang dimaksud. Sehingga menghasilkan tafsiran yang paling mendekati hipotesis.
e.
Verification (Pembuktian)
Sebelum menentukan
jawaban yang sesungguhnya terhadap masalah yang menjadi hipotesis. Maka peserta
didik terlebih dahulu melakukan pemeriksaan secara cermat. Hal tersebut
dilakukan untuk mencocokan pembuktian benar atau tidaknya hipotesis yang telah
dibuat berdasarkan identifikasi masalah. Jika memungkinkan akan menghasilkan temuan
alternatif terhadap hipotesis yang dibuat. Dengan demikian, proses pembuktian
melalui cara mencocokan dapat memberi kesempatan para peserta didik untuk
menemukan suatu konsep, prinsip, aturan ataupun pemahaman melalui pemodelan
(contoh) yang dijumpai dalam teks cerpen.
f.
Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahapan akhir tentu
menarik kesimpulan dan dapat menjadi prinsip umum yang berlaku terhadap semua masalah
yang sejenis. Hal itu diperoleh berdasarkan hasil verifikasi sehingga merumuskan
prinsip dasar generalisasi.
3.
Penilaian Pada
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Dalam Model Pembelajaran Discovery
Learning, penilaian dapat dilakukan melalui dua cara, yakni: proses dan
hasil belajar dengan menggunakan tes
maupun non tes. Sehingga
penilaian yang dilakukan dapat dilihat dari kognitif, proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian
kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Namun, apabila bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
3.2 Penerapan Teks
Cerpen dalam Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Rancangan
model pembelajaran yang tepat, tentu akan membantu keberhasilan materi
pembelajaran. Maka melalui penggunaan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning) di SMP IT Putra Abu Hurairah Mataram, diharapkan dapat mengapresiasi
karya sastra (cerpen). Adapun rancangan materi teks cerpen menggunakan model
pembelajaran penemuan untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik di SMP
IT Putra kelas VII, sebagai berikut.
1.
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
3.1
|
Memahami teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui
lisan maupun tulisan.
|
4.1
|
Menangkap
makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan
cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan.
|
|||
2.
|
Topik
|
:
|
Cerpen
|
|
3.
|
Subtopik
|
:
|
Struktur
Isi Cerpen
|
|
4.
|
Tujuan
Pembelajaran
|
:
|
1).
Peserta didik dapat menentukan
struktur isi cerpen (1) judul, (2) perkenalan, (3) memperkenalkan siapa para
pelaku, apa yang dialami pelaku dan dimana terjadinya peristiwa, (3)
komplikasi, konflik muncul dan para pelaku mulai bereaksi terhadap konflik,
kemudian konflik meningkat, (4) klimaks, konflik mencapai puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen
setelah diberi kesempatan mencermatinya.
|
|
2).
Peserta didik dapat menjelaskan unsur kebahasaan (kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik atau kepribadiannya,
kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (waktu, tempat, dan suasana)
dan kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku
teks cerita pendek setelah diberi kesempatan membaca.
|
||||
5.
|
Alokasi Waktu
|
:
|
1
kali pertemuan ( 2 x 40)
|
|
6.
|
Tahap Pembelajaran
|
:
|
1)
Stimulation
(simullasi/Pemberian rangsangan)
v Siswa mengingat kembali tentang cerpen yang pernah dibaca.
v Siswa menyebutkan judul-judul cerpen yang pernah dibaca.
2)
Problem
statement (pertanyaan/identifikasi masalah)
v Siswa dengan atau tanpa bantuan guru menanya tentang
struktur isi cerpen.
v Siswa dengan atau tanpa bantuan guru menanya tentang hal-hal
yang berkaitan dengan ciri-ciri bahasa.
3)
Data
collection (pengumpulan data)
v Siswa mendiskusikan struktur isi teks cerpen (judul, tokoh
dan penokohan, latar, konflik, klimaks, peleraian, amanat).
v Siswa mendiskusikan ciri bahasa teks cerpen.
v Siswa menjawab atau mengajukan pertanyaan terkait dengan isi
teks cerpen (pertanyaan literal, inverensial, integratif, kritis).
4)
Data
processing (pengolahan data)
v Siswa menuliskan struktur isi cerpen (1) judul, (2)
perkenalan, (3) memperkenalkan siapa para pelaku, apa yang dialami pelaku dan
dimana terjadinya peristiwa, (3) komplikasi, konflik muncul dan para pelaku
mulai bereaksi terhadap konflik, kemudian konflik meningkat, (4) klimaks,
konflik mencapai puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen
setelah diberi kesempatan mencermatinya.
v Siswa dapat menjelaskan unsur kebahasaan (kata-kata sifat) untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik atau
kepribadiannya, kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (waktu, tempat,
dan suasana) dan kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami
para pelaku teks cerita pendek setelah diberi kesempatan membaca.
5)
Verification (pembuktian)
v Siswa mempresentasikan hasil
pekerjaan tentang struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
v Siswa menanggapi hasil presentasi
kelompok lain.
6)
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
v Siswa memperbaiki dan melengkapi hasil kerja kelompoknya.
v Siswa dengan atau tanpa bantuan guru dapat menyimpulkan
struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
BAB IV
SIMPILAN DAN SARAN
Melalui penggunaan model pembelajaran berbasis
penemuan (Discovery Learning) dalam
mengapresiasi karya sastra (teks cerpen) sebagai materi pembelajaran, khususnya
di tingkat SMP kelas VII harus memenuhi beberapa hal untuk menunjang keberhasilan
belajar siswa yaitu mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan sampai pada
penilaian. Penerapan model pembelajaran tersebut dilaksankan melalui beberapa
tahapan pembelajaran yaitu stimulation
(simullasi/Pemberian rangsangan, problem
statement (pertanyaan/identifikasi masalah), data collection
(pengumpulan data),
data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada model
pembelajaran berbasis penemuan dalam apresiasi sastra yaitu terhadap sebuah
karya sastra (teks cerpen) diharapkan siswa dapat memahami, menafsirkan,
menghayati, dan menikmati, sehingga mampu meningkatan wawasan, halus budi
pekertinya, dan meningkatkan pengetahuan berbahasanya sebagai upaya
memaksimalkan peran karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Anonim. 2012. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/), diakses 5
November 2014 pukul 14.35 Wita.
Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fananie,
Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Kantor Bahasa
Provinsi NTB. Materi Penguatan Model
Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Mataram: Kantor Bahasa Provinsi NTB.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan
Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Supandai, Main.
2012. Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Jakarta: Yuma Pustaka.
Syah, M. 1996. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahab, Abdul.
1991. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.
Yobee, Andreas.
2007. Struktur Cerita Rakyat dalam
Kehidupan Masyarakat Suku Mee Papua. Mataram: Arga Puji Press.
No comments:
Post a Comment